creative commons logo

share by nc nd

Artikel boleh diredistribusi/disalin dengan syarat ditandai penulisnya, tidak dijual, dan syarat ini tidak boleh dirubah. Baca selengkapnya.

Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Mei 2014

Preview: Catra

Sekelebat dari dalam gedung itu, aku melihat sesosok bayangan di jendela. Dia membuka jendela, dan bayangan itu berasap. Bukan itu bukan setan. Bayangan itu merokok. Aku kembali telepon genggamku.

Portal berita sana sini sudah kubaca bolak balik. Soal politik yang menjemukaan. Isinya hanya tentang berita partai politik dan segala tetek bengek kehidupan politik di indonesia yang makin kacrut.

Tak sadar, bayangan itu tiba tiba menghilang di balik tembok gedung yg belum jadi itu. Kaget aku. Jangan jangan memang hantu beneran?

Hii...

Tapi tak lama pintu bangunan itu terbuka dan nampak sesosok bayangan sambil memakai payung keluar dari gedung belum jadi itu. Berjalanlah bayangan itu ke arah saya yang berada di dalam kios. Semakin dekat, dan semakin dekat. Aku hampir lari.


Catra akan dipublikasikan di Google Play dalam waktu dekat, bersama Tentara Itu.

Minggu, 01 Januari 2012

Pulau Terluar

Dua Marinir berjalan di tepian pantai. Ransel di punggung mereka berisi makanan dan minuman. Senapan mereka tak terkokang.

"Pertama datang kesini, aku pikir ini akhir karir."

"Sekarang?"

"Nggak peduli."

Marinir kedua tersenyum, kemudian mengenggam tangan marinir yang pertama. Mereka berjalan bergandengan tangan semakin jauh dari markas menyusuri pantai yang panjang dan biru. nyaris tak terjamah.

Rabu, 05 Oktober 2011

Tentara Itu... #Special

Alarm berbunyi. 4.30 Pagi. Gw bangun dan langsung men-smash alarm di samping kasur. Ben masih memelukku dari belakang.

"Hoi, bangun bang..."

"Mmm… dikit lagi..."

Hhh… kebiasaan. Gw hanya tersenyum. Hidup berjalan normal seperti biasa. Tapi hari ini bukan hari biasa bagi keluarga… tunggu, gw udah termasuk kan? Gw nyengir lebar membayangkannya. Hari ini bukan hari biasa bagi keluarga militer seperti kami. Hari ini ini adalah hari lahir Tentara Nasional Indonesia. Ya hari ini 5 Oktober… sekian tahun lalu.

Meskipun gw tidak bisa diakui sebagai "pasangan sah" dari seorang anggota TNI, jadi gw gak bisa dapet tunjangan. Sepanjang yang gw tau, Ben sudah membentuk gw sebagai keluarga TNI. Dimana rasa takut kehilangan datang hampir tiap pagi. I kinda like it, it's like… having adrenalin rush every morning, maybe every hour, maybe every minutes. Sering gw membayangkan mendapat telepon Ben harus pergi ke suatu tempat, terluka… mati… hilang. Menakutkan. Tapi saat yang sama, gw pikir, gw siap menghadapi hal sepert itu.

Senin, 19 September 2011

Tentara Itu... #5

I don't do it for the money, there's bills that I can't pay
I don't do it for the glory, I just do it anyway
Providing for our future's my responsibility
Yeah I'm real good under pressure
Being all that I can be

And I can't call in sick on Mondays when the weekends been too strong
I just work straight through the holidays, and sometimes all night long
You can bet that I stand ready when the wolf growls at the door
Hey, I'm solid, hey I'm steady, hey, I'm true down to the core

And I will always do my duty no matter what the price
I've counted up the cost, I know the sacrifice
Oh, and I don't want to die for you, but if dyin's asked of me
I'll bear that cross with honor, 'cause freedom don't come free
// Toby Keith - American Soldiers

"Jadi… ada apa antara kamu sama Yanto?"

Kami sedang ngopi di warung kecil deket tenda. Sudah hampir 3 hari kami di kota ini. Dan Polisi tampaknya sudah mulai berhasil mengendalikan massa. Hanya masih ada sedikit tegang di sana sini. Mungkin syaraf penduduk masih tegang. Jadi ada masalah sedikit aja mereka langsung bereaksi agak berlebihan.

"Maksudnya?" aku menjawab.

Senin, 12 September 2011

Tentara Itu... #4

Gw nggak bisa berkata apa apa lagi. Air mata gw menetes. Ben memeluk gw...

"Kita sudah nahan ini cukup lama. Aku sudah nyari tempat yang tepat. Buat kita berdua, dan sekarang saatnya kita bikin hal yang baru."

Soal tempat tinggal memang jadi hal yang sangat.… bisa dbilang menyusahkan bagi kita berdua. Terutama kalo sadar bahwa kita sebenarnya tinggal kepisah. Gw di Babakan Surabaya, Kiaracondong. Dan Ben di Cimahi. Mungkin sebenernya cuma satu kali naik kereta. Tapi rasa kepisahnya tetep ada. 

Sabtu, 03 September 2011

Tentara Itu… #3

Kami berbaring di kasur. Ya tuhan, ini hari yang sangat melelahkan. Secara fisik dan mental. Segera setelah mandi, gw sama Ben jalan keluar dan keliling Cimahi dan Bandung. Kami nggak pake angkot. Angkot dipake kalo jarak yang dipake buat jalan terlalu jauh. Kaki gw capek banget. Mungkin Ben udah kebiasa jalan, jadi kayaknya nggak capek-capek amat kayak gw.

Secara fisik capek, secara mental gw juga kayak abis ketabrak KRD. Kita pergi ke BIP nyaris sore hari. Duh homo-homo yang mangkal disana matanya udah kayak pengen makan Ben! Seharian gw bikin pandangan 'jangan-ganggu-laki-gw!' ke mereka. Dan sepertinya Ben nggak nyadar soal ini, dia asik asik aja jalan sambil kadang merangkul. Fuck!

Jumat, 19 Agustus 2011

Tentara Itu... #2

Can this be true
Tell me can this be real
How can I put into words what I feel

My life was complete
I thought I was whole
Why do I feel like i'm losing control

Never thought that love could feel like this
And you change my world with just one kiss
How can it be there right here with me
There's and angel, it is miracle

God Must Have Spent, A Little More Time in You
98 Degrees

Gw berbaring di kasur busa, memandang Ben yang tidur dengan damainya. Ya tuhan, gw bahagia banget. Gw dan Ben mengekspresikan apa yang kita bisa dari sejak sore tadi sampai malam. Bibirnya mencium gw dengan lembut, kemudian pelan-pelan membawa gw ke tempat tidur, menindihku.

Beban tubuhnya yang kekar, ototnya yang menggesek semua syaraf di permukaan kulit gw. Gw bergetar. Berkali kali Ben mencium gw, pindah ke leher, pindah ke dada, kembali ke bibir. Dia seperti orang yang sudah sangat lama nggak nge-seks. Dan gw? Gw apalagi, gw belum pernah disentuh seperti itu. Gw juga lapar. Serangan ini cuma bisa membuat gw dan Ben melenguh keras.

Rabu, 10 Agustus 2011

Tentara Itu...

Gw udah nggak tahu berapa lama waktu berlalu, duduk manis sambil liat orang lalu lalang di stasiun Kiaracondong Bandung, sementara KRD yang ke Cimahi belum datang juga.

Hari ini gw pengen berenang di Cimahi. kata orang gw aneh, padahal banyak kolam renang di tengah kota dan gw lebih memilih ke Cimahi. Jauh kan dari Kiaracondong. Ah gw cuma pengen jalan-jalan aja sebenernya. Ngebunuh waktu senggang.

Sabtu, 01 Januari 2011

Cerita Dari Masa Lalu

Tulisan ini bukan tulisan saya. tapi saya rasa, tulisan ini erlu didokumentasikan di blog ini.

CERITA DARI MASA LALU

Musafir Kelana

Aku lahir dan besar di Tahuna? Kamu tau itu dimana? Kota kecil paling utara di Indonesia, Ibukota Sangir Talaud. Kemanapun aku pergi aku rindu sama indahnya pulau itu. Airnya sebening kaca, pemudanya anak laut segagah bajak, selalu riang selalu tersenyum. Kenapa? Karena mereka ga banyak punya keinginan.  Yang mereka tau bagaimana bertahan dan menikmati hidup. Aku punya dua sahabat sejak kecil, bahkan saking dekatnya ibu-ibu mereka aku panggil mama, ayah-ayah mereka aku panggil papa, dan pun begitu sebaliknya mereka memnaggil kedua orang tuaku. Kami tak terpisahkan bahkan tak ada hari dimana kami tidak tidur bersama.  Kami bersekolah bertelanjang kaki dan sepatu hanya kami pakai ketika di sekolah.

Minggu, 16 Maret 2008

Diciduk Dari Perempatan Terlarang #2

"hei..."

"sudah dapat belum?"

"sudah, terikat ketat di pos."

"ok. kayak apa orangnya?"

"hmm... sunda, sekitar... 25 tahun lah. tapi agak tinggi sama beratnya seimbang. nggak kurus kurus banget. warna kulitnya juga ga gitu putih kayak homo homo yang biasanya."

Kamis, 28 Februari 2008

Diciduk Dari Perempatan Terlarang #1

Jalan veteran sejak dulu merupakan lokasi alternatif bagi para pekerja seks komersial, terutama wanita, untuk menjajakan dirinya. Saat malam minggu tiba, walaupun masih bisa dihitung dengan jari, kita sendiri bisa melihat, beberapa pekerja seks, sibuk berbincang, menawarkan diri, dan memberi kepuasaan sesaat, di tempat, ataupun ditempat lain yang diinginkan. Sedikit lebih malam saja, sebutlah jam satu atau dua pagi. Para pekerja semakin berani, mereka yang jasanya belum laku atau belum terjual, mulai berani membuka diri. Ya, membuka diri dalam arti yang sebenarnya.

Mungkin sebenarnya tidak terlalu terbuka juga, masih terbalut kain kain tipis, yang... kalau disorot oleh lampu mobil, kita tidak perlu repot untuk melihat susu ataupun memek dari para pekerja seks komersial itu.

Jumat, 07 April 2006

Aku Muncrat Di Pos Jaga

Jam 3 sore, udara begitu lembab, badan dan seragam ini sudah begitu basah oleh keringat yang menumpuk. Namun aku harus tetap berdiri di sini, setidaknya dua jam lagi. Namaku Wisnu Raka Satria. Aku bertugas di sebuah pusat pendidikan militer, di suatu kota di negara tercinta ini. Sekarang, aku tampak seperti boneka Barbie yang dipajang di toko mainan, siap untuk dibeli oleh anak kecil.

Yah... nasib jadi tentara, masih untung aku tak dikirim ke Aceh, atau ke Poso. Dari mulai pagi sampai sore, aku piket. Nama resminya “sentry duty” atau “tugas jaga”. Keren kan? Huhh! Namanya saja yang keren, tugasnya nggak keren sama sekali. Kalau kau mau tahu apa yang kulakukan, kau bayangkan saja boneka barbie tadi! Berdiri dalam kotak kecil, tak lebih dari seperempat meter persegi, selama hampir sepuluh jam! Bahkan, seharusnya aku selalu dalam posisi tegak sempurna, tak boleh menghela nafas, atau membungkuk sedikit.

Selasa, 14 Maret 2006

A Story of My Life #4

Masak apa yang…?”

“sop aja deh, sama perkedel kentang aja ya?”

“nggak apa-apa. Masakanmu kan selalu enak. Hehehe...”

“ah akang... Sudah ya, ntar gosong aku gak tanggung jawab”

“ok, bentar lagi akang pulang kok.”

Senin, 13 Maret 2006

A Story of My Live #3 (Hardcore Edition)

"Aku... Aku bersedia... Siap laksanakan" aku seperti masih dalam keadaan tak sadar. Ketika kang wira memasukkan cincin itu ke jari manisku. Tempat cincin perkawinan seharusnya diletakkan. Aku bergetar, dan air mataku mulai jatuh.

"kang... Letnan satu agung wirapati, maukah akang, mendampingi saya, membimbing saya, menjadi panutan saya, selamanya?" aku tak pandai memilih kata kata.

"aku bersedia." kang wira menjawab pendek.

Minggu, 12 Maret 2006

A Story of My Life #2

Hari ini adalah hari kelulusan. Kang wira masih terbaring di kamarnya. Ketika menjatuhkan dirinya ke tubuhku saat latihan tempur, siku tangannya tak sengaja mencium batu di samping tempat kami tiarap. Hingga, beberapa urat dan tulangnya mengalami relokasi. Istilah simpelnya, salah urat atau apalah, aku tak mengerti. Yang pasti, selama dua minggu, dia tidak bisa menggunakan tangan kanannya itu untuk apapun.

Bergantian kami "piket" di asrama kang wira, untuk melayani semua kebutuhannya. Dari makan, sampai, ehm... Mandi.

Sabtu, 11 Maret 2006

A Story of My Life #1

Semuanya dimulai 6 tahun yang lalu. Ketika aku petama kali menginjakkan kaki di akademi militer. Suasananya dingin, khas akademi. Aku berkali kali telah memasuki akademi ini. Tapi kini statusku berbeda. Dulu aku hanyalah seorang anak kecil, yang ikut ayahnya bertugas, kemanapun dia pergi. Ibuku meninggal ketika aku masih 2 tahun. Kata ayah, dia tertabrak mobil. Sekarang, aku adalah orang yang mencari pekerjaan di akademi ini. Pekerjaan yang sama dengan ayahku. Tentara. Meskipun aku sudah hapal seluk beluk akademi ini. Namun tetap saja aku mengalami kesulitan. Terutama, ketika aku sadar, tidak ada satu orangpun yang bisa aku ajak bicara. Aku memang terbiasa didampingi seseorang. Biasanya ajudan ayah.

Ayah adalah tentara yang jujur. Aku baru tahu sekarang ini. Setelah reformasi bergulir, banyak perwira yang dirotasi, katanya terlibat kasus. Aku tak tahu kasus apa. Tetapi mereka semuanya mempunyai rumah besar dengan mobil mewah. Ayahku yang setara dengan mereka tak mempunyai semua itu. Dia masih tinggal di rumah dinasnya yang kecil, dengan satu sepeda motor dinasnya.