creative commons logo

share by nc nd

Artikel boleh diredistribusi/disalin dengan syarat ditandai penulisnya, tidak dijual, dan syarat ini tidak boleh dirubah. Baca selengkapnya.

Jumat, 07 April 2006

Aku Muncrat Di Pos Jaga

Jam 3 sore, udara begitu lembab, badan dan seragam ini sudah begitu basah oleh keringat yang menumpuk. Namun aku harus tetap berdiri di sini, setidaknya dua jam lagi. Namaku Wisnu Raka Satria. Aku bertugas di sebuah pusat pendidikan militer, di suatu kota di negara tercinta ini. Sekarang, aku tampak seperti boneka Barbie yang dipajang di toko mainan, siap untuk dibeli oleh anak kecil.

Yah... nasib jadi tentara, masih untung aku tak dikirim ke Aceh, atau ke Poso. Dari mulai pagi sampai sore, aku piket. Nama resminya “sentry duty” atau “tugas jaga”. Keren kan? Huhh! Namanya saja yang keren, tugasnya nggak keren sama sekali. Kalau kau mau tahu apa yang kulakukan, kau bayangkan saja boneka barbie tadi! Berdiri dalam kotak kecil, tak lebih dari seperempat meter persegi, selama hampir sepuluh jam! Bahkan, seharusnya aku selalu dalam posisi tegak sempurna, tak boleh menghela nafas, atau membungkuk sedikit.

Namun aku juga manusia, sekali kali aku membungkukkan badan, punggungku pegal karena harus tegap terus menerus. Sekali kali kulemparkan senyum kepada anak-anak kecil yang lewat di depan markas. Sekali kali pula aku melambaikan tangan kepada seseorang yang kukenal, kecuali komandanku, aku harus menghormat.
Aku memang tidak memakai jam tangan, namun aku tahu, “hari ini” masih sekitar satu setengah jam lagi. Suatu waktu yang panjang. Kakiku mulai gemetaran. Aku mencoba menggerakkan kakiku sedikit, agar aliran darah bisa kembali lancar.

Hei... dari tadi aku melihat dia selalu duduk disitu! Walaupun jarak kami jauh, sekitar 20 meter, karena dia ada di seberang jalan, tempat menunggu angkot, aku dapat melihat matanya yang selalu curi curi pandang ke arahku. Jika aku melihat ke arahnya, dia langsung memalingkan muka. Ah mungkin dia mengagumi tubuhku, seragamku, atau apapun dari diriku. Aku memang berdiri disini sebagai hiasan. Bukan sebagai penjaga. Pos provost letaknya 10 meter dari tempatku berdiri, merekalah penjaga yang sebenarnya.

Umurnya sekitar... 25 tahun, berjenggot tipis, atau kelihatan tipis, sedikit gemuk. Memakai celana jeans dan atasan kaos putih. Dia terlihat seksi. Rasanya sudah 3 jam lebih dia memandangiku. Sudah ratusan angkot dilewatinya, puluhan bus DAMRI dan bus mini lainnya tak menarik hati dia untuk segera beranjak dari sana. Dia membawa gulungan koran. Pura-pura membaca, namun aku tahu, matanya tetap menuju ke arahku.

Aku memicingkan mata. Siapa tahu bisa melihat dia dengan lebih jelas. Pelan pelan, wajahnya mulai terlihat jelas, wajah khas sunda, sedikit terbakar matahari, berambut agak cepak, tampan. Seperti versi sunda dari John Travolta.

Aku pernah membaca sebuah teori homoseksual tentang isyarat pandangan. Pandangan pertama, itu hanya selintas, jika dia tidak berpaling lagi, berarti the end. Pandangan kedua, bisa berarti “apa maumu lihat lihat?”, sebuah kata ancaman yang populer. Diancam begini banyak orang yang tidak mau melihat lagi, the end. Pandangan ketiga, “oh kamu gay juga, boleh kenalan?”, sedemikian artinya. Setelah pandangan ini, biasanya orang tersebut akan mendekat, berkenalan dsb, dsb. Intinya, dia tertarik pada dirimu.

Namun jika setelah pandangan ketiga dia masih selalu melirikmu, periksalah bajumu, siapa tahu ada yang salah disitu...

Teringat hal itu aku spontan memeriksa bajuku. Tak ada yang salah. Semua terkancing rapi. Sesuai standar pakaian dinas harian.
Santai nu... anak itu mungkin saja hanya kagum pada dirimu...
Semakin sore, semakin panas. Posisi kotak barbie ini memang cocok untuk jadi mesin penyiksa, depan kotak barbie ini tepat menghadap ke arah barat. Dan di depan kotak barbie ini, sama sekali tak ada tumbuhan, pohon yang mampu menghalangi sinar matahari.

Aku terpaksa menurunkan topiku sedikit untuk menghalangi sinar. Dan, dari pojok mata, kulihat anak itu mengelus pangkal pahanya. Kode? Mungkin...

Sadar Nu! Bukan saatnya kamu memikirkan sex saat ini. Kamu masih dinas! Baru tiga jam lagi kamu bisa ngocok sepuasnya di barak!
Dia berpindah ke warung kopi kecil depan markas. Memesan segelas kopi, dan kembali, dia memandangiku...

Rasa ge-er ku dipandangi terus seperti itu lama lama hilang! Apa sih maunya! Apa ada yang salah dengan penampilanku? Apa yang kau mau? Kamu mau mengulum kontolku ha! Kesini kamu! Kulum kontolku sepuasnya sampai pejuku muncrat di mukamu!

Aku ingin sekali berteriak seperti itu. Namun “kode etik” tugas di kotak barbie, melarang aku untuk berbicara. Semakin sore, semakin panas... Aku menutup mataku sebentar, semakin panas rasanya mataku terpapar matahari.

Deg... dia berdiri di depanku, di depan pos jaga super mini itu!

“mau apa kau...”

Dia membuat tanda “jangan ribut”... dia semakin dekat kepadaku... tidak... aku jangan sampai hilang kesadaran! Jangan sampai aku dihipnotis! Aku sedang tugas! Aku membawa SS1 di tangan kiriku!
“jangan macam-macam, nanti kau kutembak.”

Dia menyentuhkan telunjuknya kepadaku. “diam...”

Telunjuknya tak berhenti disitu, telunjuknya terus turun, melewati leherku, aku sedikit menggelinjang, geli. Jangan jangan dia mau melumpuhkan pita suaraku, agar aku tak bisa berbicara. Tapi memang, aku sudah tidak bisa berbicara. Yang keluar hanya aaa... a... a... aku seperti orang gagu.

Telunjuknya terus turun ke dadaku. Pelan pelan dia membuka kancing bajuku. Aku hanya bisa diam. Mengapa aku seperti tidak bisa bergerak! Padahal aku sedang digerayangi di tempat umum! Aku menoleh ke arah pos provost. Semuanya seperti tidak memperdulikan apa yang terjadi! Padahal seharusnya mereka bisa melihat apa yang dilakukan Dia kepadaku!

Mulutnya mulai bergerak, mencium leher... pakaian dinas luarku yang sudah basah kuyup bagian dalamnya, dia ciumi habis, karena posisiku begitu, dia tidak bisa membuka kaosku. Kuakui, dia cukup ahli memainkan pentil susuku yang sedari tadi sudah tegang. Hisap, jilat, hisap jilat. Aku terangsang hebat...

Tangannya mulai bergerilya ke bawah, kontolku yang tegang mulai merasakan sesaknya seragam militer ketat.

Sret...! dia menarik retsletingku... mengobok obok kontolku yang semakin tegang... mengocoknya... mulutnya terus menjilat dan menghisap sisa sisa keringatku... agh... aku makin terangsang...
Dia terus menciumi leherku. Membuat cupangan cupangan merah kecil disana. Aku mendesah pelan. Enak sekali gaya bercintanya. Tangannya terus mengobok obok celanaku, sesekali dia meraba buah pelirku. Ah... nikmat sekali dicium dan digerayangi di ruang terbuka seperti ini.

Plok...! kontolku dikeluarkannya dari kungkungan celana dalam model jockstrap yang sempit itu. memukul kepalanya yang sedari tadi sudah menunggu. Pelan pelan, dia mulai menjilat kepala kontolku. Nikmat. Rasanya sangat hebat. Aku menggelinjang ketika lidahnya menari diatas lubang kencingku. Dia seperti ingin membersihkan semua bekas kencingku dari sana. Lama sekali, dia beroperasi di bagian situ, sebelum akhirnya mulai menjilat batang kontolku, pelan, nikmat sekali. Ugh... hoooh... aku mendesis kecil.

Dia mengeluarkan biji pelerku juga, menjilat biji pelerku yang bau keringat itu. Agh... sh... satu demu satu biji pelerku dijilat, diemut, sambil tangannya mengocok perlahan kontolku yang meradang hebat diatas mukanya.

Dia memasukkan kontolku ke mulutnya, saatnya beraksi. Kepalanya mulai maju mundur membuat aku semakin menggelinjang di udara sore yang panas ini, ngentotin mulut orang tak dikenal di pos jaga.
Pahaku mulai bergerak seirama dengan kuluman mulutnya. Sedotannya yahud mengempot empot memberikan sensasi lebih. Kontolku dihisap lebih dalam, seperti diberi pijatan di dalam mulutnya. Enak sekali.

Tanganku meraih belakang kepalanya, dan mulai kasar mengentoti mulutnya. Aku tak perduli dia tersedak. Pokoknya aku harus muncrat di dalam mulutnya, supaya dia bisa merasakan bagaimana nikmatnya pejuh tentara muda!

Sore hari yang semakin panas, aku masih mengentoti mulut orang tak dikenal itu. Sampai dia meremas kantong pelirku, dan ah... aku semakin bersemangat mengentoti mulutnya.

CRRRRROOOOOOOOOOOOOTTTTTT!!!

CRRRRRROOOOOOOOOOOOOOOTTTTTT!!!!!!! Pejuhku bermuncratan keluar dari kontolku yang mengembang ungu. Semuanya ditelan tak bersisa oleh mulutnya.

Aku hanya mendesah kecil ketika dia terus menghisap pejuku. Aku muncrat sedemikian hebat sehingga lututku lemas... aku ambruk...

===== ===== ===== ===== ===== =====

“bang, bang, bangun bang!”

Plakkkkkk!!! Tamparan keras di pipiku menyadarkan aku. Aku sudah di pos provost. Dan orang itu ada di sampingku, dia terlihat khawatir.
“bang, bangun, sadar bang, tadi abang pingsan di pos depan itu.”
“NU! Bangun kamu! Kamu ini pingsan apa, apa? Mimpi apa kamu siang siang begini!”

Komandanku sudah berada di sampingku.

“saya... saya...”

“SUDAH! CUCI MUKA SANA! KEMBALI TUGAS! CEPAT!”

Sempoyongan aku menuju ke WC dan mencuci mukaku. Beberapa provost memandang aneh kepadaku. Kulirik jam, sebentar lagi ganti shift.

“sudah, kamu jaga sini saja. nanti pingsan lagi, saya suruh kamu berdiri!”

Beberapa provost sudah pulang beberapa menit kemudian. Sedangkan ada satu yang tidak pulang, orang itu!!! Dia masih berada di post provost.

“maaf bang, abang tadi pingsan. Lalu saya berlari untuk menangkap abang, supaya abang tidak jatuh. Saya juga membuka kancing seragam dan celana abang supaya abang bisa bebas bernafas.”
“terima kasih ya, siapa namamu...”

“saya Ahmad bang...”

“oh Ahmad, dari tadi kayaknya kamu terus melihat ke arah saya. Kenapa sih?”

“ah enggak ada apa apa bang...”

Mukanya kembali berpaling, tapi aku tahu, dia berpaling karena malu. Sudut mukanya terlihat merah, walaupun kulitnya coklat dimakan sinar matahari.

Aku terdiam sesaat, tak tahu apa yang harus ditanyakan kembali.

“eee...”

“ya...?”

Kami berbarengan melontarkan sesuatu yang ingin disampaikan.

“abang duluan...”

“tidak, kamu duluan saja...”

“abang saja...”

“oke, sekali lagi, terima kasih ya. Kalau bisa, temui saya jam delapan malam di blok x nomor sepuluh. Kita bisa makan bareng, sebagai ucapan terima kasih saja.”

Sial! Kok kesannya kuno banget, kenapa aku harus mentraktir makan malam untuk orang yang hanya “berjasa” menahan aku agar tidak jatuh ke tanah! Sial! Benar benar sial! Sekarang pasti dia berpikir ada yang salah denganku!

“tidak usah bang, terima kasih. Mari bang, saya pulang sekarang, sudah sore.”

“tunggu!” Aku mengambil secarik kertas. Menuliskan nomor hapeku. “ini... kapan kapan sms-lah.”

“kalau ada pulsa ya bang...”

“iya nggak apa apa.”

Aku yang pingsan sore itu langsung dibahas ketika apel sore. hasilnya, cukup lumayan, tugas “kotak barbie” akan digilir oleh 2 orang pada satu shiftnya. Jadi bisa gantian jaganya. Ini demi menghindari pingsannya anggota lain. Tapi dia menekankan, “ini hanya sampai bulan juni!” Aku tak mengerti kenapa hanya sampai bulan juni. Sudahlah, itu kebijakan komandan, aku hanya dapat mengikutinya saja.
Malam itu aku kembali ke barak. Mereka ribut membahas pingsannya aku yang terbilang unik. Karena pingsanku memakai acara orgasme segala. Seumur hidup memang aku belum pernah dengar orang pingsan lalu orgasme.

Beberapa bertanya kepadaku. Aku tak menjawab apa yang sebenarnya “kuimpikan” selama pingsan. Lagipula, aku ragu apakah aku pingsan sebelum, atau sesudah orgasme?

Yang masih kupikirkan adalah Ahmad. Siapa dia? Apa maunya? Aku tak mengerti, ahkan aku tak bisa membaca matanya.

Dering sms...

“bang sy ahmad maaf ni no hp sy. Td sy lp kasihkan sm abg. Mksih ya bang.”

“mad, sy tngg di dpn warung soto simpang jam 9an. Kita mkn ga ad alsn ga dtg ya!”

Setengah sembilan aku sudah di depan warung soto simpang, deg deg an aku menunggu Ahmad. Dia tidak membalas smsku. Semoga saja dia mau datang. Aku ingin sekali mengetahui, apa yang dia lakukan terhadap diriku.

“bang...”

“eh mad... duduk... mau soto apa? Pesen aja...”

“biasa aja lah...”

Makan makan itu berakhir dengan biasa. Kami mengobrol santai. Namun aku belum bisa mengorek, apa yang dia pandangi dariku. Dua mangkuk soto kami habiskan. Kami keluar tenda, merokok. Dua batang kami habiskan dengan canda gurau.

“maaf mas, saya harus pulang, sudah malam.”

“saya antar mad.”

“ah nggak usah mas, saya naik angkot saja.”

“sudah, naik angkot kan lama, belum ngetemnya. Ayo!”

Aku menstarter motorku, kuberikan helm kepada Ahmad. Dia seperti ragu-ragu.

“ayo... nanti makin malam lho!”

Ahmad memakai helm yang kuberikan. Naik ke atas motor.

“di mana rumahmu mad?”

“jalan cigesek.”

Jalan cigesek. Sekitar 4 kilometer dari markas. Aku tahu daerahnya agak sepi. Karena harus kembali ke markas, aku terpaksa ngebut. Sial, tangan Ahmad terpaksa melingkar di pinggangku. Membuat aku kembali konak.

Namun, ada yang berbeda. Ada yang mengganjal di sekitar pantatku! Ternyata Ahmad sama terangsangnya seperti aku!

“Mad, sampai...”

“abang mau masuk dulu...?”

Aku tertegun... “boleh...”

Baru selangkah aku memasuki rumah, Ahmad membanting pintu. “bang... aku suka sama kamu...”

Sebulan, aku tak keluar dari rumah itu...

===== ===== ===== ===== ===== =====

Kopral Wisnu Raka Satria dihukum 1 bulan penjara militer gara-gara tindakan desersinya itu. Belum termasuk lecutan cemeti, besi panas, dan kontol kontol provost yang selalu datang padanya siang malam ketika dia akan, sedang, dan setelah menjalani pemeriksaan.
Di dalam penjara, Kopral Wisnu Raka Satria kembali merasakan “nikmatnya” hajaran cambuk, makanan yang hanya pantas dimakan oleh binatang, air kencing, dan puluhan kontol provost yang mengaduk lobang anusnya siang malam tanpa berhenti.

Kopral Wisnu kini kembali ke kesatuannya. Namun keadaan telah berubah, Kopral Wisnu sering disiksa komandannya.

Kopral Wisnu depresi, karena Ahmad menghilang tanpa jejak...

===== ===== ===== ===== ===== =====

“Ahss... sedot terus...”

“pantatnya yahud banget!”

“entot terus! Masih ada banyak kontol yang harus kamu layani! Cepet entot! Entot yang keras!”

“Enak ya, kemarin kamu hanya bisa dapet satu kontol! Nih kamu sekarang dapat tujuh kontol sekaligus! Dasar bajingan!”

Ruangan tempat istirahat provost itu semakin panas. Seseorang sedang menungging pasrah, pantatnya dimasuki dua kontol dan mulutnya mengulum dua kontol. Tiga lainnya mengocok sambil mengigiti puting susunya hingga mengembung besar hampir berdarah.
Orang itu adalah Ahmad, dan sudah seminggu dia dipenjara disana, melayani nafsu jalang para anggota provost yang sedang bertugas...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan pendapat anda tentang sajian kami...