creative commons logo

share by nc nd

Artikel boleh diredistribusi/disalin dengan syarat ditandai penulisnya, tidak dijual, dan syarat ini tidak boleh dirubah. Baca selengkapnya.

Senin, 24 Juli 2006

Polisi dan Prajurit Homoseks, Antara Ada dan Tiada #2

Indonesia, adalah satu negara yang beruntung dari dua ratus negara lain yang ada di dunia. Indonesia katanya memiliki kebudayaan yang sangat tinggi, dan yang pasti, sangat beragam. Keberagaman inilah tampaknya yang mendorong keberagaman juga dalam penafsiran suatu hukum yang ada di republik ini. Hukum, yang seharusnya tegas, memiliki satu definisi, adil, dan tidak berat sebelah, nyatanya masih bisa dibaca berbeda beda oleh setiap kepala.

Perbedaan ini lebih didasari hukum Indonesia yang masih mengagung-agungkan kata moralitas dan etika. Ya, moralitas dan etika diatas segalanya. Padahal, moralitas, etis-tidak etis, adalah milik suatu kelompok saja. Moral atau etika dokter, hanya pas diterapkan di kalangan kedokteran. Moral dan etika guru, hanya pas diterapkan di kalangan guru. Begitu pula moral dan etika polisi dan prajurit, hanya pas di kalangan polisi dan prajurit.

Tak ada satu peraturanpun yang mampu menghukum homoseks di kedinasan. Homoseks hanya dihukum atas dasar tindakan asusila. Apa yang dimaksud Dengan asusila? Berpelukan berlainan jenis bagi yang berpikiran kotor Saja sudah bisa dikatakan asusila. Di beberapa negara yang menganut Hukum agama, mencium di depan umum sesuatu hal yang dilarang dan Dikenakan penjara. Di Indonesia asusila masih sangat abu abu. Definisinya menurut KUHP sendiri masih bisa diperdebatkan, dan apabila Sampai ke meja hijau, pandangan hakin terhadap asusila tersebut, masih Sering berbeda beda.

selain sepengetahuan saya dan yang mengacu undang2 dan peraturan pada PP No 2 thn 2003 tersebut juga ada teguran berupa lisan dari ANKUM ada tahapan seseorang anggota akan dihukum dan apabila akan dihukum masih bisa nego pake uang... ini asli lo bo, ngalamin.

Seorang pendamping hidup polisi mengatakan demikian. Pendamping ini telah beberapa tahun mendampingi sang polisi yang bertugas di pasukan bergerak kepolisian. Berbagai rintangan telah dilaluinya. Bahkan, menurutnya, rintangan yang satu lebih buruk daripada sebelumnya. Masalah pengakuan sang polisi kepada orangtua, membawa mereka ke masalah yang lebih jauh.

Sang polisi diputus-hubungan oleh keluarganya. Bagaimana jika masalah ini ketahuan oleh kesatuannya? Yang pasti, dia akan kehilangan segalanya, kecuali, sang pendamping. Anggota POLRI sendiri dilindungi oleh undang undang. Dalam salah satu peraturan pemerintah, disebutkan, seseorang dapat dituntut secara pidana apabila melakukan hal hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat negara, pemerintah, atau Kepolisian Republik Indonesia. Tapi, jika sang anggota polisi mempunyai terlalu banyak musuh, tidak diinginkan lagi dalam lingkungannya (baca: kesatuannya), atau apapun penyebab lainnya. Pasal itu tidak berlaku lagi.

Pasal ini berarti melindungi anggota POLRI dari ancaman ancaman yang kemungkinan dilontarkan oleh pihak pihak yang kecewa dengan "pelayanan". Sedangkan bagi TNI, hukum rimba berlaku, siapa lebih kuat, dia yang menang. Siapa yang punya kuasa dan uang, dia yang berhak menang.

klo gue mau ...gue bisa dapat infaormasi tentang lo ,,,and gue kasih tau orang tua lo .and tempat kuliah lo ..

Mereka yang tidak terlindungi oleh pasal tersebut terpaksa balik mengancam. Adalah sah bagi prajurit dan polisi untuk mempertahankan dirinya. Ini juga tentang periuk nasi mereka. Sebagai aparat negara, yang melindungi kita dari gangguan keamanan dan pertahanan, baik dalam negeri maupun luar negeri, non-polisi atau non-militer seharusnya mengerti keadaan mereka.

Mendapatkan Seks Yang Memuaskan dari Prajurit atau Polisi Ada yang bilang, seks dengan orang orang berdinas, seperti polisi dan Prajurit adalah hal yang luar biasa. Genjotan fisik tiap hari membuat mereka perkasa dan harus menyalurkannya setiap hari. Benarkah? Tapi ada yang mencak mencak. Katanya mereka over-romantic. Keperkasaan. Mereka hilang ditelan keromantisan. Genjotan mereka kurang ganas. Seks yang hebat bukan hanya datang dari genjotan fisik tiap hari. Tapi pengetahuan seseorang tentang seks itu sendiri.

SQ: nggak tau.. Nggak pernah kenal binan tentara
AJ: wekwekwek, kalo ada gw pesen atu yah
SQ: adalah temen aku dulu yg katanya kenal bbrp.. Tapi bener nggak nya nggak tau. Lagian aku kurang tertarik sih, jangan2 suruh nyepongin doang
AJ: hawhawhaw
SQ: enak aja, haha
AJ: banyak yang ganas lho
SQ: kayak debog pisang
AJ: maksudnya?
SQ: maksudnya yg aapa
AJ: kayak debog pisang maksudnya?
SQ: ya kita nyepong sanannya diem doang.. Menerima tapi tidak memberi. Huhuhu

Saya berusaha memancing salah seorang teman chatting. Apakah dia ingin melakukan hubungan seks dengan tamtama TNI AL? Ternyata jawaban yang saya dapatkan cukup menarik. Ada ketakutan dari teman saya, kalau tamtama tersebut hanya diam seperti gedebog pisang. Mau menerima tetapi tidak mau memberi.

Ketakutan dia sangat wajar. Tamtama adalah manusia indonesia yang baru selesai pendidikan dasar. Mereka umumnya masih sangat muda, antara 19-22 tahun. Bayangkan, apa yang mereka pikirkan soal seks sesama jenis? Kalau seks dengan lain jenis, mungkin mereka sudah sangat mengerti kalau mereka harus memasukkan penis ke dalam vagina. Kalau sesama jenis? Melihat contohnya pun belum pernah!

Namun, seorang kawan dari gasibu berkata:

Nya kitu weh... Sina diuk di sabeulahna... Mun aya babaturanna urang disumputkeun dina kolong meja. Terus dibere JD. Apal kan maneh JD? Saeutik we urang geus lerrr... Ieu urang dibere dua sloki... Nya tewas we urang geus teu bisa gerak. (Ya begitulah, disuruh duduk di sebelah dia. Kalau ada temannya lewat saya disembunyikan di bawah meja. Terus diberi JD - Jack Daniels. Tahu kan kamu -bagaimana kalau minum- JD? Sedikit saja saya sudah pusing. Ini saya diberi dua sloki. Ya tewaslah saya nggak bisa gerak)

Pemuda yang diketahui anggota pasukan bergerak kepolisian dari kesatuan di bandung barat tersebut membawa pulang penghuni gasibu ke tempat tinggalnya. Disana, dia seakan diperkosa.

Baju urang dibetotan, biwir sagala diciuman. Kabeh we... Pokona bodi urang remuk we ditilab tileb sakamana daek manehnya. Urang nya teu bisa nanaon da lieur keneh ku JD. Terus manehna ngaluarkeun kontolna... Anjis... Medi gede... Aya meureun saleungeun urang... Ngoclok we manehna bari nempo urang... Untunng urang teu diewe ku manehna... Mun nteu. Geus paeh meureun urang. Teu hayang deui we jeung polisi aing... Kontolna dikoclok we, pas bucat... Anjis, asa nempo binatang aing mah. Lain manusa deui. Eta kontol bucat kamana-mana, asa dimandian ku mani. (Baju saya ditarik tarik, bibir segala dicium. Semuanya, pokoknya badan saya remuk aja rasanya dilipat lipat -mungkin maksudnya dibolak balik-sekeinginannya. Saya belum bisa berbuat apa apa dan masih pusing setelah minum JD. Lalu dia mengeluarkan penisnya, ya ampun, besar sekali, ada mungkin sepanjang pergelangan saya. Coli lah dianya, sambil ngeliatin saya. Untung saja saya tidak anal seks dengan dia, kalau tidak, mungkin saya sudah meninggal sekarang. Ga lagi lagi deh sama polisi. Penisnya dikocok saja, ketika muncrat, ampun! Seperti melihat binatang, bukan manusia lagi. Itu penis muncrat kemana mana, seperti dimandikan oleh cairan mani.)

Kebiasaan bercinta para polisi dan prajurit mungkin ada hubungannya dengan kesatuan yang dijalaninya. Sudah terkenal bahwa emosi para anggota pasukan tempur, lebih terkendali, namun lebih meledak ledak. Pengalaman penghuni gasibu itulah contohnya. Namun anggota pasukan yang lain pun tidak kalah ganas. Hanya saja, mereka tidak meledak ledak seperti pasukan tempur. Seorang teman lain yang menjadi pendamping suaminya di Jalesveva Jayamahe misalnya, mengatakan kalau suaminya sangat sangat romantis.

Kebanyakan di laut kayaknya, di laut tak ada siapa siapa. Saya gak tau apa dia juga suka coli bareng atau main sex sama teman teman satu kapalnya. Tapi yang pasti, ketika dia sampai di rumah, saya selalu diciumnya lama sekali. Sepertinya dia nggak mau kehilangan saya dari pandangannya sedikitpun.

Mungkin, kalau anda suka doggy style kalau bercinta, hanya polisi lalu lintaslah yang pantas untuk anda. Karena mereka hampir pasti menunggangi motor gedenya setiap hari.

Naluri Tempur

Tekanan demi tekanan diperoleh para polisi dan prajurit. Baik fisik maupun mental. Di kantor, di lapangan, maupun di publik. Bagi polisi dan prajurit yang sudah menikah, mereka bisa melampiaskannya dengan bercinta bersama istrinya masing masing. Atau... Curhat dengan istrinya. Namun, polisi dan prajurit yang single, dan homoseks? Kemana mereka harus mengadu? Kemana mereka harus meluapkan emosinya?

Naluri tempur memang sengaja dibina oleh kedinasan. Tujuannya tidak lain untuk mempertahankan diri. Dalam situasi perang, naluri tempur sangat penting. Karena prajurit atau polisi, hanya mempunyai dua pilihan. Membunuh, atau dibunuh.

Anda mungkin pernah mendengar tentang “friendly fire” alias tembakan sekawan. Artinya seorang prajurit atau polisi dengan sengaja menembak temannya. Dengan sengaja? Ya, mereka yang berperang selalu hidup dalam tekanan yang tinggi. Dilatih seperti apapun terkadang emosi masih saja lepas. Pada saat perang, tidak ada pendamping di samping mereka. Emosi yang memuncak semakin menjadi. Friendly Fire biasanya ditutup dengan bunuh diri.

Pacar, simpanan, bahkan "istri" para polisi dan prajurit bercerita. Kadang kadang, naluri tempur mereka keluar. Tidak dalam keadaan sange, tapi dalam keadaan tempur yang sebenarnya. Ada yang disiksa a'la siksaan tahanan perang. Ada yang disiksa a'la narapidana rutan. Meredam emosi mereka bukanlah hal yang mudah, sesulit meredam emosi para pacar, simpanan dan "istri". Tapi, banyak yang tetap setia mendampingi suaminya. Tekanan berat saat bekerja sudah cukup untuk membangkitkan emosi mereka. Belum lagi masalah di rumah. Mengetahui pendamping ada main dengan laki laki lain bisa menjadi masalah besar. Walaupun hanya dugaan, sekalipun, naluri tempur mereka untuk mengorek informasi bisa keluar. Anda akan didudukkan di kursi atau balok kayu, tangan diikat ke belakang, ditelanjangi dan diinterogasi.

Ini bukan adegan dalam blue film bertema bondage. Ini adalah kejadian yang sesungguhnya. Dalam mengorek informasi di lapangan para prajurit boleh menggunakan apa saja. Masih ingat “kisah” 7 pahlawan revolusi? Mungkin yang akan mereka lakukan kepada anda tidak jauh dari itu. Bedanya, anda tidak akan dibunuh. Anda hanya akan di-PHK alias Putus Hubungan Kekasih.

Tugas para pendampinglah untuk menenangkan mereka. Terserah apapun caranya. Tapi, kejujuran bisa dijadikan satu modal utama. Apalagi jika anda tidak suka ber-sado-masochist-ria bersama suami anda. Yang pasti, ketika mereka mulai melakukan hal ini kepada anda, ada dua kemungkinan yang anda bisa lihat sendiri dari mata mereka. Apakah mereka melakukan ini karena tekanan pekerjaan, atau tekanan batin. Bedakanlah dan selesaikanlah. 50% dari kasus penyiksaan oleh polisi atau prajurit terhadap pendampingnya, berakhir dalam seks yang hebat di tempat tidur.

Jika anda jujur, persentase tersebut meningkat sampai hampir 90%.

Minggu depan:

  • Kau nomer dua, dinas nomer satu!
  • Resiko terbesar
  • Do and Don't - Daftar panjang seorang pendamping.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan pendapat anda tentang sajian kami...