creative commons logo

share by nc nd

Artikel boleh diredistribusi/disalin dengan syarat ditandai penulisnya, tidak dijual, dan syarat ini tidak boleh dirubah. Baca selengkapnya.

Senin, 10 Juli 2006

Tempat Dimana Cinta dan Kesetiaan Dibutuhkan!

"gw dah dapet info japri dari orang Bandung yg pernah pake jasa mereka, katanya memang di gasebu ada gigolo, tapi kebanyakan sissy dan 'jahat'. gw gak tau apa yg dia maksud 'jahat', apakah maksudnya suka memeras ato gimana; dan gw juga gak tau apa dia cuma kebetulan aja dapet yg sissy dan jahat."

Berbagai kalangan mengenal Gasibu menjadi tempat kumpulnya para homoseks di Bandung. Anggapan itu tidak salah. Homoseks Bandung memang menjadikan Gasibu sebagai tempat mangkal utama. Image Gasibu di etiap orang pun menjadi berbeda-beda. Ada yang menganggap Gasibu hanya menjadi tempat berkumpul, ada juga yang menganggap Gasibu menjadi tempat ajang praktek seks.

Penelusuran saya di Gasibu beberapa hari yang lalu mendedahkan beberapa hal. Ternyata, Gasibu tidak semengerikan apa yang kita kira, apalagi, untuk homoseks yang warga Bandung asli. Untuk homoseks warga Bandung yang asli, Gasibu menjadi tempat yang menyenangkan, segala macam hiburan mini ada disana. Dari celotehan para sissy, obrolan ringan dengan manly lainnya, gesekan, pelukan. Tapi tidak ciuman. Namun Gasibu bagi homoseks bukan asli bandung, atau belum pernah ke gasibu, akan menjadi sebuah neraka kecil. Uangmu akan disedot, termasuk “barangmu” juga.

Robby, salah satu penghuni gasibu pada malam hari, mengajak jalan pada suatu malam. Dia menceritakan bagaimana kehidupan malam para homoseks di gasibu. Ada yang menarik dari Robby. Dia menceritakan bagaimana suatu waktu dia dibooking oleh seorang warga negara jepang, dan menjadi pacarnya selama kurang lebih dua tahun.

Robby, adalah orang yang kecewa.

"Kalau mau ambil untung dari dia, di. Saya bisa saja morotin dia. Dia banyak banget uangnya. Selama saya jalan dengan dia aja jutaan uang yang dia keluarin buat saya, buat hidup saya. Tapi saya nggak mau ngambil untung dari dia. Saya suka dia."

Dua tahu berlalu dan kontrak kerja sang orang Jepang itu habis. Dia harus kembali ke negaranya. Robby kecewa. Bukan karena kepergian pacarnya, ternyata, dibalik hubungannya yang indah dengan Robby, pacarnya sering berselingkuh dengan orang lain. Kata cinta, sayang yang pasangannya keluarkan, tidak ada artinya.

Robby mengetahui hal ini ketika dia sedang jalan di gasibu. Teman temannya, yang sekarang menjadi teman dekatnya, ternyata hampir semua pernah menjadi incaran nafsu seks pacar Robby. Robby kecewa, namun, hingga saat ini, Robby masih butuh cinta.

"Aku sih nggak mau muluk muluk Di. Yang aku inginkan cuma kesetiaan. Itu aja. Tapi kok kayaknya susah banget punya hal itu ya? Apalagi aku sudah punya pengalaman kayak gitu. Jadinya... ya... kesel aja. Aku jadi nggak bisa percaya pada semua orang. Walau dia ampun-ampunan bilang cinta sama saya. Saya masih belum percaya."

Tapi teman-temannya di gasibu mendukungnya. Robby maju terus, sebagai penghuni gasibu. Penghuni yang dimaksud disini bukanlah seorang penjaja seks komersial, pria tuna susila, gigolo atau lainnya. Mereka adalah penghuni, mereka pada dasarnya tidak memerlukan bayaran kalau anda menginginkan seks dengan mereka. Suka sama suka.

Gasibu memang sebuah simbiosis mutualisme bagi homoseksual bandung. Betapa tidak, di gasibu, semua bisa didapatkan, nasi goreng, seafood, elusan manja, kursus mengendarai motor, bubur ayam, kopi, hingga erangan erotis. Anda akan terkejut, bila mengetahui siapa siapa saja yang dibalik jaket jaket penghuni gasibu. Kumpulan profesi profesi yang kita tak pernah tahu ada atau tidak homoseksual di dalamnya. Termasuk profesi profesi yang sempurna.

Tapi tak dapat disangkal. Selain menjadi tempat mangkal homoseksual kota bandung, gasibu juga dihinggapi beberapa psk, pts, dan gigolo. Tarif mereka beragam. Dari mulai 100 ribu, hingga jutaan rupiah.

“Nyadar diri lah... kalo muka jauh, ya terpaksa gue pasang tarif mahal. Buat obat enek mandangin muka nya. Hahaha... Kebanyakan yang booking mereka itu orang luar kota. Datang kesini makai mobil mewah, parfum, dengan hape yang selalu nempel di tangan. Gimana nggak ngiler ngelihat kekayaan mereka? Ya udah, mending gue pasang tarif. Lumayan lah, udah nginep di hotel barang semalem, dapet duit lagi pas pulangnya.”

"Siapa aja yang pernah booking kamu?"

"Kebanyakan orang Jakarta. Menejer-menejer atau bos-bos gitu dech. Sok diem dieman, padahal kita udah tau, matanya selalu kemana mana. Makanya kadang kita yang deketin duluan. Daripada ga dapet duit?"

"Jadi kamu dibayar sama mereka?"

"Iya, mereka gengsi kalo nggak bayar malah. Tapi ya... kadang kadang kita butuh ongkos pulang, atau makan-makan lah, di. Sebagai balas jasa aja. Tapi aku selalu jujur, nggak pernah aku nggak jujur untuk apa uang itu akan dibelikan. Kalo aku bilang uang itu untuk beli minuman, ya akan aku belikan minuman."

Fenomena bayar membayar ini hanya berlangsung di kalangan orang orang yang tak mau bersahabat dengan sekitarnya. Mereka adalah kalangan eksklusif, yang tidak mau persahabatannya dengan penghuni gasibu diketahui banyak orang. Namun semua itu percuma. Asosiasi gasibu pada malam hari sudah melekat erat. Setiap yang datang kesana pada malam hari, dapat dengan mudah dicap sebagai homoseksual.

Tak banyak orang yang bisa menikmati indahnya persahabatan di gasibu. Walau caranya cukup mudah. Pakai saja celana jeans, dengan baju oblong. Tutup dengan jaket. Datanglah dengan motor atau kendaraan umum. Sesampainya disana, jangan ragu ragu untuk mencari teman baru. Anda tak perlu menggunakan nama palsu di gasibu. Toh nanti anda tak mau dicap pembohong. Bertubrukan pandangan lebih dari 3 detik adalah hal yang umum dan berarti: 'maukah anda mengobrol sejenak dengan saya?'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan pendapat anda tentang sajian kami...