creative commons logo

share by nc nd

Artikel boleh diredistribusi/disalin dengan syarat ditandai penulisnya, tidak dijual, dan syarat ini tidak boleh dirubah. Baca selengkapnya.

Selasa, 14 Maret 2006

A Story of My Life #4

Masak apa yang…?”

“sop aja deh, sama perkedel kentang aja ya?”

“nggak apa-apa. Masakanmu kan selalu enak. Hehehe...”

“ah akang... Sudah ya, ntar gosong aku gak tanggung jawab”

“ok, bentar lagi akang pulang kok.”

Senin, 13 Maret 2006

A Story of My Live #3 (Hardcore Edition)

"Aku... Aku bersedia... Siap laksanakan" aku seperti masih dalam keadaan tak sadar. Ketika kang wira memasukkan cincin itu ke jari manisku. Tempat cincin perkawinan seharusnya diletakkan. Aku bergetar, dan air mataku mulai jatuh.

"kang... Letnan satu agung wirapati, maukah akang, mendampingi saya, membimbing saya, menjadi panutan saya, selamanya?" aku tak pandai memilih kata kata.

"aku bersedia." kang wira menjawab pendek.

Minggu, 12 Maret 2006

A Story of My Life #2

Hari ini adalah hari kelulusan. Kang wira masih terbaring di kamarnya. Ketika menjatuhkan dirinya ke tubuhku saat latihan tempur, siku tangannya tak sengaja mencium batu di samping tempat kami tiarap. Hingga, beberapa urat dan tulangnya mengalami relokasi. Istilah simpelnya, salah urat atau apalah, aku tak mengerti. Yang pasti, selama dua minggu, dia tidak bisa menggunakan tangan kanannya itu untuk apapun.

Bergantian kami "piket" di asrama kang wira, untuk melayani semua kebutuhannya. Dari makan, sampai, ehm... Mandi.

Sabtu, 11 Maret 2006

A Story of My Life #1

Semuanya dimulai 6 tahun yang lalu. Ketika aku petama kali menginjakkan kaki di akademi militer. Suasananya dingin, khas akademi. Aku berkali kali telah memasuki akademi ini. Tapi kini statusku berbeda. Dulu aku hanyalah seorang anak kecil, yang ikut ayahnya bertugas, kemanapun dia pergi. Ibuku meninggal ketika aku masih 2 tahun. Kata ayah, dia tertabrak mobil. Sekarang, aku adalah orang yang mencari pekerjaan di akademi ini. Pekerjaan yang sama dengan ayahku. Tentara. Meskipun aku sudah hapal seluk beluk akademi ini. Namun tetap saja aku mengalami kesulitan. Terutama, ketika aku sadar, tidak ada satu orangpun yang bisa aku ajak bicara. Aku memang terbiasa didampingi seseorang. Biasanya ajudan ayah.

Ayah adalah tentara yang jujur. Aku baru tahu sekarang ini. Setelah reformasi bergulir, banyak perwira yang dirotasi, katanya terlibat kasus. Aku tak tahu kasus apa. Tetapi mereka semuanya mempunyai rumah besar dengan mobil mewah. Ayahku yang setara dengan mereka tak mempunyai semua itu. Dia masih tinggal di rumah dinasnya yang kecil, dengan satu sepeda motor dinasnya.